Menurut bahasa At-taubah berarti ar-rujuu’ (kembali), sedangkan menurut istilah
taubat adalah kembali dari kondisi jauh dari Allah SWT menuju kedekatan
kepada-Nya. Atau: pengakuan atas dosa, penyesalan, berhenti, dan tekad
untuk tidak mengulanginya kembali di masa datang.
Mengapa harus bertaubat?
1. Karena manusia pasti berdosa.
2.
Karena dosa adalah penghalang antara kita dan Sang Kekasih (Allah SWT),
maka lari dari hal yang membuat kita jauh dari-Nya adalah kemestian.
3. Karena dosa pasti membawa kehancuran cepat atau lambat, maka mereka yang berakal sehat pasti segera menjauh darinya.
4.
Jika ada manusia yang tidak melakukan dosa, pasti ia pernah
berkeinginan untuk melakukannya. Jika ada orang yang tidak pernah
berkeinginan melakukan dosa, pasti ia pernah lalai dari mengingat Allah.
Jika ada orang yang tidak pernah lalai mengingat Allah, pastilah ia
tidak akan mampu memberikan hak Allah sepenuhnya. Semua itu adalah
kekurangan yang harus ditutupi dengan taubat.
5. Karena Allah swt memerintahkan kita bertaubat, sebagaimana dalam firman-Nya,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا
عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ
جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ
النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ
أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا
نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ﴿٨﴾
“Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak
menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya
mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan
ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At-Tahrim: 8)
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴿٣١﴾
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur: 31)
وَأَنِ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعًا
حَسَنًا إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ ۖ
وَإِن تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ﴿٣﴾
“dan
hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.
(Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi
kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang
telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang
mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS. Huud: 3)
6. Karena Allah mencintai orang yang bertaubat, sebagaimana dalam firman-Nya,
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ﴿٢٢٢﴾
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
7. Karena Rasulullah SAW senantiasa bertaubat padahal beliau seorang nabi yang ma’shum (terjaga dari dosa). Beliau bersabda:
“Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari).
Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa beliau beristighfar seratus kali dalam sehari.
Syarat-syarat taubat
- Penyesalan dari dosa karena Allah.
- Berhenti melakukannya.
- Bertekad untuk tidak mengulanginya di masa datang.
- Dilakukan sebelum nyawa sampai di tenggorokan ketika sakaratul maut, atau sebelum matahari terbit dari barat.
- Jika dosa berkaitan dengan sesama manusia, maka syaratnya bertambah satu: melunasi hak orang tersebut, atau meminta kerelaannya, atau memperbanyak amal kebaikan.
Kemaksiatan
yang dilakukan berkaitan dengan hak sesama manusia, ada empat syarat
yang harus dipenuhi, yakni syarat pertama, kedua, dan ketiga,
sebagaimana tiga syarat di atas, dan syarat keempat: membebaskan diri
dari hak tersebut.
Artinya, jika hak itu berupa harta benda, ia harus mengembalikan kepada pemiliknya. Jika berupa qadzaf (menuduh
orang lain berbuat zina), ia harus menyerahkan dirinya untuk dijatuhi
hukuman atau meminta maaf kepada orang yang bersangkutan. Jika berupa ghibah (menggunjing orang lain), ia harus meminta maaf kepada orang tersebut.
Setiap
orang harus bertaubat dari segala dosa yang pernah diperbuat. Jika ia
hanya bertaubat dari sebagian dosanya, taubat tersebut diterima, namun
ia masih mempunyai tanggungan dosa yang lain.
Buah dari Taubat
dakwatuna.com - Taubat
selain kewajiban dan keharusan yang mesti dilakukan oleh manusia, tanpa
terkecuali orang beriman apalagi orang banyak berdosa dan maksiat.
Allah SWT berfirman
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ﴿٣١﴾
“…dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur: 31)
Allah Berfirman:
وَاسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ ۚ
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya…” (QS. Huud: 90)
Allah Berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sesungguhnya…” (QS. At-Tahrim: 8)
Dalam hadits nabi disebutkan:
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَاللَّهِ إِنِّي
لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ
سَبْعِينَ مَرَّةً (رَوَاهُ الْبُخَارِي)
Abu Hurairah RA berkata: “Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Allah, sesungguhnya, aku
membaca istighfar dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari
tujuh puluh kali.’” (HR. Bukhari)
Dalam riwayat lain disebutkan:
وَعَنْ
الأَغَرِّ بْنِ يَسَارٍ الْمُزَنِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ
تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ
مَرَّةٍ (رَوَاهُ مُسْلِم)
Al-Aghar bin Yasar Al-Muzani RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hai manusia, bertaubatlah kepada Allah dan mintalah ampunan kepada-Nya. Sesungguhnya, aku bertaubat seratus kali dalam sehari.” (HR. Muslim)
Taubat juga merupakan amalan yang sangat disenangi dan dicintai oleh Allah SWT. Seperti firman Allah:
إِنَّ اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
“Sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertaubat dan mencintai orang yang mensucikan diri” (QS. Al-Baqarah: 222)
Kegembiraan
dan kesenangan Allah begitu besar seperti orang yang mendapatkan barang
yang sebelumnya hilang namun secara tiba-tiba ada dihadapannya,
Rasulullah saw mentamsilkan dalam haditsnya:
عَنْ
أَبِي حَمْزَةِ أَنَسِ بْنِ مَالِكِ الأَنْصَارِي خَادِمُ رَسُوْلِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُ أَفْرَحُ
بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ سَقَطَ عَلَى بَعِيرِهِ وَقَدْ
أَضَلَّهُ فِي أَرْضِ فُلاَةٍ (مُتَّفَقٌ
عَلَيْهِ) وفي رواية أخرى : للهِ أَشَدُّ فَرْحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ
حِيْنَ يَتُوْبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلىَ رَاحِلَتِهِ
بِأَرْضِ فُلاَةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ
فَأَيَسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا وَقَدْ أَيَسَ
مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ هُوَ بِهَا قَائِمَةٌ
عِندَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرْحِ
اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ
الْفَرَحِ (رواه مسلم)
Abu Hamzah, Anas bin Malik Al-Ansari RA (pelayan Rasulullah SAW.) berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Allah
lebih gembira terhadap taubat hamba-Nya daripada seseorang di antara
kamu yang mendapatkan untanya yang telah hilang di gurun sahara.” (Muttafaq ‘alaih)
Dalam riwayat lain disebutkan: “Allah
sangat gembira terhadap hamba-Nya yang mau bertaubat. Kegembiraan Allah
itu lebih besar daripada kegembiraan seseorang di antara kamu yang
mendapatkan kembali untanya yang sarat dengan perbekalan. Sebelumnya, ia
mengendarai untanya di gurun sahara, lalu unta yang ِa tunggangi lepas.
Padahal, di atas unta tersebut terdapat makanan dan minuman
perbekalannya. Ia sudah putus asa. Kemudian, ia mendekati sebuah pohon,
dan berbaring di bawahnya. Dia sudah yakin bahwa untanya tidak akan
kembali. Pada saat itulah, tiba-tiba unta tersebut berdiri di depannya.
Ia memegang kendalinya. Lalu karena sangat gembiranya, ia mengucapkan,
‘Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah tuhan-Mu.’ Ia salah
mengucapkannya karena sangat gembira.” (HR. Muslim)
Dalam hadits disebutkan:
وَعَنْ
أَبِي هُرَيْرَةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَضْحَكُ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى إِلَى
رَجُلَيْنِ يَقْتُلُ أَحَدُهُمَا الآخَرَ يَدْخُلاَنِ الْجَنَّةَ يُقَاتِلُ
هَذَا فِي سَبِيْلِ اللهِ فَيَقْتُلُ ثُمَّ يَتُوْبُ اللهُ عَلَى
الْقَاتِلِ فَيَسْلَمَ فَيَسْتَشْهِدُ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT tertawa melihat dua orang yang ingin saling membunuh, tetapi keduanya masuk surga.”
Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana itu bisa terjadi?”
(Rasulullah
menjawab), “Orang yang pertama berperang di jalan Allah, lalu ia
terbunuh sebagai syahid. Kemudian, si pembunuh bertaubat dan masuk
Islam. Ia berperang di jalan Allah hingga mati sebagai syahid.” (Muttafaq ‘alaih)
Di samping itu pula Allah akan menggantikan keburukan dengan kebaikan, sebagaimana firman-Nya:
إِلاَّ
مَنْ تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلاً صَالِحًا فَأُولئِكَ يُبَدِّلُ اللهُ
سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللهُ غَفُوْرًا رَحِيْمًا
“Kecuali
orang yang bertaubat, beriman dan melakukan perbuatan baik; maka
kejahatan mereka diganti dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Furqan: 70)
Karena itu taubat bagi kita adalah sebuah kebutuhan agar kita mendapatkan karunia yang begitu dari Allah SWT.
Adapun buah dari bertaubat kepada Allah adalah:
1. Mendapatkan kecintaan dari Allah SWT.
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ ﴿٢٢٢﴾
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
2. Mendapatkan nikmat dari Allah saat di dunia.
فَقُلْتُ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا ﴿١٠﴾ يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا ﴿١١﴾ وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَالٍ
وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا ﴿١٢﴾
“…
maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu,
-sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya)
untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12)
3. Dihapuskannya dosa-dosa.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ
“Hai
orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu…” (QS. At-Tahrim: 8)
4. Mendapatkan ganjaran surga
وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
“… dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai…” (QS. At-Tahrim: 8)
5. Digantikannya kejahatan dengan kebaikan
5. Digantikannya kejahatan dengan kebaikan
إِلَّا
مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَٰئِكَ يُبَدِّلُ
اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
﴿٧٠﴾
“…
kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh;
maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah
Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Furqan: 70)
Yang Menyebabkan Dosa Kecil Menjadi Besar di Sisi Allah SWT
1. Jika dilakukan terus menerus
dakwatuna.com - Allah SWT berfirman,
وَالَّذِينَ
إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ
فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ
وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ﴿١٣٥﴾
“Dan
(juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya
itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali Imran: 135)
Dosa
besar yang hanya dilakukan sekali, lebih bisa diharapkan pengampunannya
dari pada dosa kecil yang dilakukan terus menerus, jika seorang hamba
meremehkannya. Setiap kali seorang hamba menganggap besar sebuah dosa
niscaya akan kecil di sisi Allah, dan setiap kali ia menganggap remeh
sebuah dosa niscaya akan menjadi besar di sisiNya.
Abdullah bin Mas’ud RA berkata:
“Seorang
mukmin memandang dosanya bagaikan gunung yang akan runtuh menimpa
dirinya, sedangkan seorang pendosa menganggap dosanya seperti seekor
lalat yang mencolok di hidungnya, cukup diusir dengan tangannya.” (HR. Bukhari-Muslim).
Bilal bin Sa’ad rahimahullah berkata:
“Jangan kamu memandang kecilnya dosa, tapi lihatlah keagungan Zat yang kamu durhakai itu.”
2. Jika seseorang melakukan dosa tanpa diketahui orang lain lalu ia menceritakannya dengan bangga kepada orang lain
Jika
dilakukan dengan bangga atau minta dipuji, seperti seseorang yang
mengatakan: “Lihat, bagaimana hebatnya saya mempermalukan orang itu di
depan umum!?” Atau seperti ucapan seorang pedagang: “Lihat, bagaimana
saya bisa menipu pembeli itu!?”
Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap
umatku selamat kecuali orang-orang yang terang-terangan berlaku dosa.
Dan di antara perbuatan terang-terangan melakukan dosa ialah jika
seseorang berdosa di malam hari sementara Allah telah menutupi aibnya,
namun di pagi hari ia merobek tirai penutup itu sambil berkata: “Hai
Fulan, semalam aku melakukan ini dan itu.” (HR. Bukhari-Muslim).
3. Jika yang melakukannya seorang alim yang menjadi panutan.
Karena
apa yang ia lakukan dicontoh oleh orang lain. Ketika ia melakukan dosa,
maka ia juga mendapatkan dosa orang yang mencontohnya. Rasulullah SAW
bersabda:
“…dan
barang siapa memberi contoh keburukan dalam Islam maka baginya dosa
perbuatan itu dan juga dosa orang yang mencontohnya setelah itu tanpa
dikurangi sedikit pun dosa itu dari pelakunya.” (HR. Muslim).
Allah Pasti Menerima Taubat Hamba-Nya
dakwatuna.com -
Jangan takut dengan dosa yang pernah kita lakukan karena Allah pasti
akan menerima taubat hamba selama dirinya mau datang kepada Allah dan
bertaubat kepada-Nya dengan penuh kesungguhan. Ambilah hikmah dari
beberapa kisah yang terekam dalam hadits-hadits berikut ini,
وَعَنْ
أَبِي سَعِيْدٍ سَعْدِ بْنِ مَالِكِ بْنِ سَنَانٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ
اللهُ عَنْهُ : أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ
نَفْسًا فَسَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ
فَأَتَاهُ فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ نَفْسًا فَهَلْ
لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ لَا فَقَتَلَهُ فَكَمَّلَ بِهِ مِائَةً ثُمَّ
سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ أَهْلِ الْأَرْضِ فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ
فَقَالَ إِنَّهُ قَتَلَ مِائَةَ نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ فَقَالَ
نَعَمْ وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ انْطَلِقْ إِلَى
أَرْضِ كَذَا وَكَذَا فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللَّهَ
فَاعْبُدْ اللَّهَ مَعَهُمْ وَلَا تَرْجِعْ إِلَى أَرْضِكَ فَإِنَّهَا
أَرْضُ سَوْءٍ فَانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ
الْمَوْتُ فَاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ وَمَلَائِكَةُ
الْعَذَابِ فَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ جَاءَ تَائِبًا مُقْبِلًا
بِقَلْبِهِ إِلَى اللَّهِ وَقَالَتْ مَلَائِكَةُ الْعَذَابِ إِنَّهُ لَمْ
يَعْمَلْ خَيْرًا قَطُّ فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ فِي صُورَةِ آدَمِيٍّ
فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ فَقَالَ قِيسُوا مَا بَيْنَ الْأَرْضَيْنِ فَإِلَى
أَيَّتِهِمَا كَانَ أَدْنَى فَهُوَ لَهُ فَقَاسُوهُ فَوَجَدُوهُ أَدْنَى
إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي أَرَادَ فَقَبَضَتْهُ مَلَائِكَةُ الرَّحْمَةِ
قَالَ قَتَادَةُ فَقَالَ الْحَسَنُ ذُكِرَ لَنَا أَنَّهُ لَمَّا أَتَاهُ
الْمَوْتُ نَأَى بِصَدْرِهِ نَحْوِهَا
Abu Sa’id, Sa’d bin Malik bin Sinan Al-Khudri RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda: “Di
kalangan masyarakat sebelum kalian, ada seorang laki-laki yang telah
membunuh 99 orang. (Karena ingin bertaubat), ia bertanya kepada
seseorang, di mana orang yang paling banyak ilmunya berada? Ia
ditunjukkan kepada seorang pendeta, lalu ia mendatangi pendeta itu.
Orang yang mengantar berkata (kepada si pendeta), ‘Ia telah membunuh 99 orang. Apakah ia masih memiliki peluang bertaubat.’
Pendeta itu menjawab, ‘Tidak.’
(Laki-laki pembunuh itu naik pitam) lalu membunuh si pendeta. Dengan demikian, ia telah membunuh seratus orang.
Pembunuh
itu bertanya kembali tentang keberadaan orang yang paling banyak
ilmunya. Ia ditunjukkan kepada seorang ulama. (Sesampainya di tempat
ulama itu), orang yang mengantar berkata, ‘Ia telah membunuh seratus
orang, apakah masih terbuka pintu taubat baginya?’
Ulama
itu menjawab, ‘Ya. Tidak ada yang menghalangi Allah untuk menerima
taubat. Berangkatlah ke daerah ini dan ini. Di sana ada kaum yang
menyembah Allah. Beribadahlah bersama mereka. Jangan kembali ke
lingkunganmu, karena lingkunganmu adalah lingkungan yang buruk (penuh
maksiat).’
Laki-laki itu berangkat (memenuhi nasihat ulama itu). Di tengah perjalanan, ia meninggal dunia.
Malaikat
rahmat dan malaikat azab bertengkar (memperebutkannya). Malaikat rahmat
berkata, ‘Dia telah datang dalam keadaan bertaubat. Hatinya tertuju
kepada Allah (karena itu, dia adalah bagianku).’
Malaikat azab berkata, ‘Dia belum melakukan kebaikan sedikit pun (karena itu, dia bagianku).’
Kemudian, datanglah seorang malaikat dalam bentuk manusia. Kedua malaikat itu mengangkatnya untuk menjadi penengah.
Dia
(malaikat penengah) berkata, ‘Ukurlah jarak dua tanah itu (tanah yang
mengarah ke tempat pemberangkatan laki-laki yang akan bertaubat dan
tanah yang akan dituju). Ke manakah dia lebih dekat, maka laki-laki ini
miliknya.’
Dua
malaikat mengukur tanah tersebut. Setelah itu, diketahui bahwa si
pembunuh lebih dekat dengan tanah yang akan ditujunya. Dengan demikian,
malaikat rahmatlah yang berhak mengambilnya.” (Muttafaq ‘alaih)
Di dalam riwayat lain disebutkan: “Jarak ke tanah yang akan dituju lebih dekat satu jengkal, maka ia menjadi golongannya.”
Di dalam riwayat lain disebutkan: “Allah
memerintahkan kepada tanah tempat pemberangkatan untuk menjauh dan
memerintahkan kepada tanah tempat tujuan untuk mendekat, lalu berfirman,
‘Ukurlah keduanya.’ Mereka mendapati bahwa tanah tujuan lebih dekat
satu jengkal, maka dosa-dosanya diampuni.’”
Di dalam riwayat lain disebutkan: “Dada orang tersebut mendekat ke arah tanah yang dituju.”
Dalam kisah lain disebutkan:
وَعَنْ
أَبِي نُجَيْدٍ –بِضَمِّ النُّوْنِ وَفَتْحِ الْجِيْمِ- عِمْرَانِ بْنِ
الْحُصَيْنِ الْخُزَاعِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ امْرَأَةً مِنْ
جَهِيْنَةٍ أَتَتْ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهِيَ
حَبْلِىٌّ مِنَ الزِّنَا فَقَالَتْ يَا رَسُوْلَ اللهِ أَصَبْتُ حَدًّا
فَأَقِمْهُ عَلَيَّ فَدَعَا نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَلِيَّهَا فَقَالَ أَحْسِنْ إِلَيْهَا فَإِذَا وَضَعَتْ فَآتِنِيْ
فَفَعَلَ فَأَمَرَ بِهَا نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَشَدَّتْ عَلَيْهَا ثِيَابَهَا ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَرَجَمَتْ ثُمَّ
صَلَّى عَلَيْهَا فَقَالَ لَهُ عُمَرُ تُصَلِّي عَلَيْهَا يَا رَسُوْلَ
اللهِ وَقَدْ زَنَتْ قَالَ لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِمَتْ بَيْنَ
سَبْعِيْنَ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ لَوَسَعَتْهُمْ وَهَلْ وَجَدْتَ
أَفْضَلُ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا للهِ عَزَّ وَجَلَّ (رَوَاهُ
مُسْلِمٌ)
Dari
Abu Nujaid, Imran bin Al-Hushain Al-Khuza’i RA, menceritakan bahwa
seorang wanita dari Juhainah datang menemui Rasulullah SAW. Wanita itu
hamil karena zina. Dia berkata, “Ya Rasulullah, aku berhak menerima
hukuman hadd. Tegakkanlah hukuman itu terhadapku.”
Rasulullah SAW memanggil walinya dan bersabda, “Jagalah dia dengan baik. Apabila dia telah melahirkan, bawalah ke sini.”
Sang
wali melaksanakan perintah Rasulullah. Setelah wanita itu melahirkan,
wanita itu datang menemui Nabi SAW bersama wanita tersebut.
Lalu,
Rasulullah SAW memerintahkan agar hukuman hadd dilaksanakan terhadap
wanita tersebut. Lalu ia diikat, dengan tetap mengenakan pakaiannya
(tidak dilepas). Rasulullah SAW memerintahkan agar wanita itu dirajam.
Perintah beliau pun dilaksanakan.
Setelah
dia meninggal dunia, Rasulullah menshalatinya. Umar RA berkata, “Ya
Rasulullah, engkau menshalatinya, padahal dia telah berbuat zina?”
Rasulullah
menjawab, “Sungguh, dia telah bertaubat. Seandainya taubatnya dibagikan
kepada tujuh puluh penduduk Madinah, taubat itu pasti mencukupinya.
Apakah kamu menjumpai sesuatu yang lebih utama daripada seseorang yang
mengorbankan dirinya untuk Allah yang Mahamulia lagi Maha Agung.” (HR. Muslim)
Dalam hadits disebutkan:
وَعَنِ
ابْنِ عَبَّاسٍ وَأَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : لَوْ أَنَّ لابْنِ
آدَمَ وَادِيًا مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ أَنْ يَكُوْنَ لَهُ وَادِيَانِ وَلَنْ
يَمْلأَ فَاهُ إِلاَّ التُّرَابِ وَيَتُوْبُ اللهُ عَلَى مَنْ تَابَ
(مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Ibnu Abbas RA dan Anas bin Malik RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya
seseorang sudah memiliki satu lembah emas, ia ingin memiliki dua lembah
emas. Tidak ada yang memenuhi mulutnya, kecuali debu.[1] Dan, Allah menerima taubat orang yang mau bertaubat.” (Muttafaq ‘alaih)
Bersegera Bertaubat
Bersegera bertaubat hanya dilakukan oleh mereka yang berakal sehat. Orang-orang yang menunda taubat ibarat seseorang yang ingin mencabut pohon yang mengganggu, namun karena merasa sulit mencabutnya ia menundanya hingga esok atau lusa, atau minggu depan, atau … tanpa ia sadari bahwa semakin hari akar pohon itu makin menghujam di tanah, sedangkan ia semakin tua dan lemah.
Jangan
menunda-nunda taubat karena mengandalkan rahmat dan ampunan Allah SWT.
Orang seperti itu ibarat seorang laki-laki yang menghabiskan seluruh
hartanya dengan sia-sia dan meninggalkan keluarganya dalam kefakiran,
lalu ia mengharapkan harta karun datang kepadanya tanpa bekerja. Mungkin
harta karun itu ada, tapi orang ini jelas kurang sehat akalnya.
Mengapa kita dapat berpikir logis dalam masalah keduniaan namun tidak demikian dalam urusan akhirat?
Nabi SAW bersabda:
وَعَنْ
أَبِي مُوْسَى عَبْدُ اللهِ بْنِ قَيْسٍ الأَشْعَرِي رَضِي اللهُ عَنْهُ :
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ
عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ
وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى
تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا (رَوَاهُ مُسْلِم)
Abu Musa, Abdullah bin Qais Al-Asy’ari RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda: “Allah
membentangkan tangan-Nya di malam hari agar orang yang berbuat
keburukan di siang hari bertaubat, dan membentangkan tangan-Nya di siang
hari agar orang yang berbuat keburukan di malam hari bertaubat. (Ini
akan terus berlaku) hingga matahari terbit dari arah barat.” (HR. Muslim)
وعَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا
تَابَ اللَّهُ عَلَيْهِ (رَوَاهُ مُسْلِم)
Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari arah barat, maka Allah akan menerima taubatnya.” (HR. Muslim)
وَعَنْ
أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَن عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرِ بْنِ الْخَطَّابِ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا : عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ
يُغَرْغِرْ (رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقَالَ حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ)
Abu Abdirrahman, Abdullah bin Umar bin Khaththab RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda: “Allah yang Mahamulia dan Maha Agung menerima taubat hamba-Nya selama belum sekarat.” (Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits ini hasan shahih.”)
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/02/18353/taubat-bagian-ke-1/
0 comments:
Post a Comment