Thursday, 6 December 2012

ISLAM DAN PERBUDAKAN DI ZAMAN MODERN

Oleh: Fatimana Agustinanto.
Disampaikan dalam kesempatan Pengajian Mingguan Komunitas Mahasiswa Indonesia di Bangkok (Ngajikok).   

Bismillahirrohmanirrohiim.

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Fenomena perbudakan ternyata belum bisa sepenuhnya dihapuskan dalam peradaban manusia. Jauh sebelum peradaban Islam, fenomena perbudakan telah terjadi pada masa Romawi. Saat Nabi Muhammad SAW menyebarkan dakwah di Kota Makkah, fenomena perbudakan juga terus berlanjut. Kita mengenal sosok Bilal bin Rabah, seorang budak berkulit hitam yang hidup di zaman nabi. Fenomena perbudakan juga kita alami pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia. Para budak di zaman itu dipaksa untuk membangun infrastruktur atau bekerja di perkebunan yang dikuasai penjajah. Sangat disayangkan ternyata fenomena perbudakan masih terjadi hingga detik ini. Rakyat Indonesia yang mengais rezeki di negeri orang sebagai pekerja migran atau yang kita kenal sebagai TKI juga diperlakukan seperti budak. Mereka dijanjikan pekerjaan sebagai pekerja rumah tangga atau buruh di perkebunan sawit dengan gaji yang tinggi. Tapi sesampainya di negeri tujuan, banyak dari mereka yang tidak menerima gaji seperti yang dijanjikan atau bahkan tidak menerima gaji sama sekali. Mereka bekerja lebih dari 8 jam sehari, dibatasi kebebasannya, mengalami penyiksaan dan perkosaan. Perbudakan mungkin telah berubah bentuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman, tetapi esensi perbudakan, atau eksploitasi seorang manusia oleh manusia yang lain tetap tidak berubah dan terus tejadi hingga saat ini.         

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, budak didefinisikan antara lain yaitu: (1) hamba atau (2) jongos. Sementara perbudakan didefinisikan sebagai sistem segolongan manusia yg dirampas kebebasan hidupnya untuk bekerja guna kepentingan golongan manusia yg lain. Sedangkan eksploitasi didefinisikan sebagai (1) pemanfaatan untuk keuntungan sendiri, (2) pengisapan, dan (3) pemerasan tenaga seseorang.     

Bagaimana Islam melihat fenomena perbudakan? Agama Islam sangat menentang ekspolitasi manusia atas manusia yang lain. Bahkan lebih jauh memerintahkan agar kita umat Islam



untuk memperlakukan sesama manusia secara bermartabat. Beberapa Surat Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah SAW yang menekanan hal ini adalah sebagai berikut 1:

  1. Berbuat baik terhadap hamba sahaya harus dilakukan sebagaimana berbuat baik terhadap kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, tetangga dekat, dan tetangga jauh (QS. 4: 36).
  2. "Janganlah kamu panggil budakmu dengan 'Hai budakku, hai hambaku,’ tetapi ia harus dipanggil dengan ‘Hai pemudaku, hai remajaku’.” (HR. Muslim).
  3. "Budak adalah para pembantu dan saudaramu yang dijadikan Allah berada di bawah pengawasanmu, maka siapa saja di antara saudaramu yang berada di bawah kekuasaanmu berilah ia makanan seperti yang kamu makan, serta berilah ia pakaian seperti yang kamu pakai. Dan jangan sekali-kali beri mereka tugas atau beban yang tidak bisa mereka lakukan. Dan bila diberi tugas yang agak berat, bantulah mereka sehingga mereka merasa senang untuk melakukannya.” (HR. Bukhari).
  4. "Siapa yang menampar (menganiaya) budaknya, maka ia wajib memerdekakannya.” (HR. Ahmad bin Hanbal).  
  5. Dalam hadis lain dikemukakan bahwa Ibnu Mas'ud memukul budaknya. Tiba-tiba datang Rasulullah SAW seraya bersabda, "Wahai Ibnu Mas’ud, Allah telah menetapkan terhadapmu sebuah kewajiban mengenai budakmu itu.” Ibnu Mas'ud menjawab, “Kalau demikian, karena Allah ia merdeka.” Rasulullah SAW selanjutnya bersabda, "Seandainya engkau tidak memerdekakannya, ia akan menyeretmu ke neraka." (HR. Muslim).

Perintah untuk membebaskan budak dalam ajaran Islam terdapat pada ayat-ayat Al-Qur’an baik yang turun sebelum dan sesudah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Bagi mereka yang membebaskan budak, Allah SWT bahkan menggolongkan mereka sebagai salah satu orang yang bertaqwa 2.

Dalam surat Al-Balad ayat 8-14, Allah menegaskan 3:


أَلَمْ نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ (8) وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ (9) وَهَدَيْنَاهُ النَّجْدَيْنِ (10) فَلَا اقْتَحَمَ الْعَقَبَةَ (11) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْعَقَبَةُ (12) فَكُّ رَقَبَةٍ (13) أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ (14)
Artinya: “Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?  (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan” (QS. Al-Balad: 8-14).

Dalam ayat lain, surat al-Baqarah ayat 177, Allah juga berfirman:
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ
Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya..” (QS. Al-Baqarah: 177).

Lebih jauh, dalam konteks menghapus perbudakan, sahabat Rasulullah SAW., Abu Bakar R.A. secara langsung telah mencontohkan sikap yang terpuji dengan membaskan Bilal bin Rabah dari perbudakan.

Allah SWT tidak membeda-bedakan umatnya. Apakah dia bekas budak atau hamba yang merdeka. Semua umat Nya yang beriman dan beramal soleh akan dijanjikan mendapat ganjaran surga Nya. Bilal bin Rabah seorang bekas budak berkulit hitam diberikan kesempatan menjadi orang pertama yang melakukan adzan dari atas Ka’bah. Bilal bahkan sudah dijanjikan tempat pada surganya Allah SWT. Dirawayatkan, Rasulullah SAW pernah mendengar bunyi terompah Bilal di surga, padahal saat itu Bilal masih hidup bersama beliau.   

Perbudakan di zaman modern sudah selayaknya dapat dihapuskan. Walaupun harus diakui bahwa penghapusan fenomena ini tidaklah mudah. Islam telah memberikan konsep yang jelas untuk Perbudakan di zaman modern sudah selayaknya dapat dihapuskan. Walaupun harus diakui bahwa penghapusan fenomena ini tidaklah mudah. Islam telah memberikan konsep yang jelas untuk
Wallahu A'lam Bishawab.
Bangkok, 1 Desember 2012.

Sumber:
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/09/18/majn8x-upaya-islam-membebaskan-perbudakan-2, diunduh pada 30 November 2012. 

http://pasca.uin-suska.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=109:wawasan-al-quran-tentang-budak-upaya-upaya-pembebasan-budak-dalam-islam&catid=28:vol-7-no-1-januari-juni-2008&Itemid=93. Diunduh pada 30 November 2012. 

http://www.penerbitzaman.com/code.php?index=Ustadz_Menjawab&act=lihat&id=28
 

 

0 comments:

Post a Comment