Friday 2 December 2011

ISTIGHFAR

Materi Ngajikok  12 November 2011, di ruang 218 Athen Apartment oleh Ibu Dewi Eka Murniati

Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang secara sengaja atau tidak sengaja kita melakukan perbuatan dosa. Dosa ibarat debu, yang jika menempel dan tidak segera dibersihkan akan menyebabkan karat di hati. Sedangkan sarana membersihkan dosa adalah dengan bertobat dan membaca istighfar.
Allah adalah Dzat yang Maha Pengampun. Allah sangat mencintai hamba-Nya yang mau bertaubat, dan sangat murka terhadap hamba-Nya yang senantiasa melakukan maksiat.

Makna dan Urgensi Istighfar

Dilihat dari asal kata, istighfar berasal dari kata غَفَر يَغْفِر (ghofaro yaghfiru) yang bermakna mengampuni atau memaafkan. Lafazh ini mengikuti wazan إستفعل يستفعل إستفعال (istaf'ala yastaf'ilu istif'al), sehingga istighfar mengandung arti meminta ampunan.

Sebagai hamba Alloh yang tidak luput dari salah dan dosa, selayaknya kita memperbanyak istighfar kepada Alloh SWT. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh RA Rosululloh SAW bersabda:


واللَّه إِنِّي لأَسْتَغْفرُ الله، وَأَتُوبُ إِليْه، في اليَوْمِ، أَكثر مِنْ سَبْعِين مرَّةً - رواه البخاري

"Demi Alloh, sesungguhnya aku beristighfar dan bertaubat kepada Alloh lebih dari 70 kali dalam sehari". (HR Bukhori)

Dalam hadits yang lain Rosululloh SAW bersabda:

يَا أَيُّها النَّاس تُوبُوا إِلى اللَّهِ واسْتغْفرُوهُ فإِني أَتوبُ في اليَوْمِ مائة مَرَّة - رواه مسلم


"Wahai manusia, bertaubatlah kepada Alloh dan beristigfarlah kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat kepadanya 100 kali dalam sehari". (HR Muslim)

Dua hadits di atas memberikan gambaran taubat dan istighfarnya Rosululloh SAW. Meski telah mendapat jaminan ampunan dan sorga dari Alloh SWT, namun beliau tetap bersungguh-sungguh dalam beristighfar dan bertaubat kepada-Nya. Sebagai hamba Alloh yang tidak mendapatkan jaminan dari Alloh, hendaknya kita mencontoh prilaku Baginda Nabi dan merasa malu kepadanya apabila kita lalai dalam memohon ampunan Alloh SWT.

Abu al-Hasan asy-Syadzili Rohimahulloh berkata:


عليك بالإستغفار وإن لم يكن هناك ذنب، واعتبر باستغفار المعصوم الأكبر صلى الله عليه وسلم بعد البشارة واليقين بمغفرة ما تقدم من ذنبه وما تأخر


"Hendaklah kamu beristighfar walaupun tidak mempunyai dosa, ambillah pelajaran dari istighfarnya Nabi Besar yang terpelihara dari dosa Muhammad SAW setelah ia mendapat kabar gembira dan keyakinan atas ampunan dosa baik terdahulu maupun kemudian."
Berdasarkan kajian terhadap ayat-ayat yang berbicara tentang istighfar, paling tidak terdapat empat keutamaan dan nilai dari amaliah istighfar dalam kehidupan seorang muslim:

Istighfar merupakan cermin akan kesadaran diri orang-orang yang bertakwa.
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”. (Ali Imran: 135)

Istighfar merupakan sumber kekuatan umat.
Kaum nabi Hud yang dikenal dengan kekuatan mereka yang luar biasa, masih diperintahkan oleh nabi mereka agar senantiasa beristighfar untuk menambah kekuatan mereka.
“Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”. (Hud: 52).
Bahkan Rasulullah dalam salah satu haditsnya menegaskan bahwa eksistensi sebuah umat ditentukan diantaranya dengan kesadaran mereka untuk selalu beristighfar, sehingga bukan merupakan aib dan tidak merugi orang-orang yang bersalah lantas ia menyadari kesalahannya dengan beristighfar memohon ampunan kepada Allah swt.

Istighfar dapat menolak bencana dan menjadi salah satu sarana turunnya keberkahan dan rahmat Allah swt.
Ibnu Katsir ketika menafasirkan surat Al-Anfal: 33 “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun” menukil riwayat dari Imam Tirmidzi bahwa Rasulullah saw bersabda, “Allah telah menurunkan kepadaku dua pengaman atau penyelemat bagi umat dari azab dan bencana, yaitu keberadaanku dan istighfar. Maka ketika aku telah tiada, masih tersisa satu pengaman hingga hari kiamat, yaitu istighfar”. Bahkan Ibnu Abbas menuturkan bahwa ungkapan istighfar meskipun keluar dari pelaku maksiat dapat mencegah dari beberapa kejahatan dan bahaya.

Istighfar akan memudahkan urusan seseorang, memudahkan jalan mencari rizki dan memelihara seseorang.
Dalam konteks ini, Ibnu katsir menafsirkan suarat Hud : 52 dengan menukil hadits Rasulullah saw yang bersabda, “Barangsiapa yang mampu mulazamah atau kontinyu dalam beristighfar, maka Allah akan menganugerahkan kebahagiaan dari setiap duka dan kesedihan yang menimpanya, memberi jalan keluar dari setiap kesempitan dan memberi rizki dengan cara yang tidak disangka-sangka”. (Ibnu Majah)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, yang artinya: “Barangsiapa membiasakan diri ber-istighfar, maka Allah akan memberinya jalan keluar setiap kali ia mengalami kesempitan, dan memberinya hiburan setiap kali ia dirundung kesedihan, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad) Seseorang mendatangi Ibnu ‘Abbas dan berkata, “Doakan agar aku punya anak!” Ia menjawab, “Biasakanlah ber-istighfar!”

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat”. (Hud: 3)

Tercatat ada empat ayat di dalam surat Hud yang menyebut perintah beristighfar, yaitu pertama ayat 3 di atas, ayat 52, 61, dan 90. Bahkan yang menarik, bahwa secara korelatif, perintah beristighfar pada ayat-ayat tersebut diawali dengan perintah menyembah dan mengabdi semata-mata kepada Allah, seperti dalam surat Hud: 2 misalnya,
“Agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa khabar gembira kepadamu daripada-Nya” (Hud: 2).

Betapa tinggi nilai perintah beristighfar sehingga selalu berdampingan dengan perintah beribadah kepadaNya. Sehingga merupakan satu kewajiban sekaligus kebutuhan seorang hamba kepada Allah swt karena secara fithrah memang manusia tidak akan bisa mengelak dari melakukan dosa dan kesalahan sepanjang hidupnya. Peluang ampunan ini merupakan anugerah rahmat yang terbesar bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.
Terkait dengan hal ini, kebiasaan beristighfar mereflesikan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya dan pengakuan akan Ke-Maha Pengampunan Allah swt. Istighfar juga merupakan cermin dari sebuah akidah yang mantap akan kesediaan Allah membuka pintu ampunannya sepanjang siang dan malam. Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya Allah senantiasa membuka tanganNya di siang hari untuk memberi ampunan kepada hambaNya yang melakukan dosa di malam hari, begitu pula Allah swt senatiasa membuka tangan-Nya di malam hari untuk memberi ampunan bagi hamba-Nya yang melakukan dosa di siang hari”.

Catatan lain yang bisa dikaji adalah bahwa perintah beristighfar di dalam Al-Qur’an juga selalu beriringan dengan perintah bertaubat,” Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya.

Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsir Al-Munir mengemukakan rahasia penggabungan perintah beristighfar dan bertaubat pada kebanyakan ayat-ayat Al-Qur’an bahwa tidak ada jalan untuk meraih ampunan Allah swt melainkan dengan menunjukkan perilaku dan sikap “taubat” yang diimplementasikan dengan penyesalan akan kesalahan masa lalu, melepas ikatan-ikatan (jaringan) kemaksiatan dalam segala bentuk dan sarananya serta tekad yang tulus dan jujur untuk tidak mengulangi kembali perbuatan-perbuatan dosa di masa yang akan datang. Dalam kaitan ini, taubat merupakan penyempurna dari istighfar seseorang agar diterima oleh Allah swt.

Secara aplikatif, kebiasaan beristighfar sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Tercatat dalam sebuat riwayat Imam Muslim bahwa Rasulullah (memberi pelajaran kepada umatnya) senantiasa beristighfar setiap hari tidak kurang dari 70 kali. Bahkan di riwayat Imam Bukhari beliau beristighfar setiap hari lebih dari 100 kali (Bukhari Muslim). Pelajaran yang diambil dari prilaku Rasulullah ini adalah bahwa beristighfar tidak harus menunggu setelah melakukan kesalahan, tetapi bagaimana hendaknya aktifitas ini berlangsung senantiasa menghiasi kehidupan sehari-hari kita tanpa terkecuali.

Para malaikat yang jelas tidak pernah melanggar perintah Allah justru senantiasa beristighfar memohon ampunan untuk orang-orang yang beriman sebagai sebuah pelajaran yang berharga bagi setiap hamba Allah yang beriman,
“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala”. (Al-Mu’min: 7)


Faedah dari istighfar:

1- Istighfar Merupakan Sebab Diampuninya Dosa-dosa dan Dihapuskannya Kesalahan-kesalahan
Anas ra meriwayatkan bahwasanya dia mendengar Rasulullah saw bersabda; “Allah Ta’ala berfirman, “Wahai anak Adam, ketika engkau berdoa kepada-Ku dan mengharap (ampunan)-Ku, maka Aku mengampunimu atas dosa-dosa yang ada padamu dan aku tidak mempedulikannya. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai mega di langit kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku, maka Aku akan mengampunimu dan tidak mempedulikan (atas dosa yang engkau lakukan).” (HR. Tirmidzî)
Qatadhah ra berkata “Sesungguhnya Al-Qur’an telah menunjukkan kepada kalian penyakit kalian sekaligus obatnya. Adapun penyakit kalian adalah dosa-dosa, sedangkan obatnya adalah istighfar.”

2- Istighfar Merupakan Salah Satu Sebab Pendatang Rizki
Istighfar merupakan sebab utama untuk mendatangkan rizki, sebagaimana firman Allah yang mengisahkan tentang Nabi Nuh, “Maka aku katakan kepada mereka, “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Nuh [71]:10-12)
Dalam ayat-ayat tersebut Allah menyatakan bahwasanya istighfar memiliki faedah sebagai berikut:
Turunnya hujan yang silih berganti. Ibnu ‘Abbas menafsiri yang sangat deras dengan peristiwa fenomena turunnya hujan susul menyusul satu sama lain.
Kebun-kebun dan taman-taman indah.
Mengalirnya sungai-sungai yang airnya tawar.
Rasulullah saw bersabda, “Orang yang memperbanyak istighfar, maka Allah akan menjadikan kemudahan dalam setiap kesusahan, menjadikan jalan keluar dalam setiap kesempitan dan memberi rizki dari jalan yang tidak disangka.”(HR. Ahmad)

3- Istighfar Merupakan Penyebab Masuk Surga
Rasulullah saw dalam sebuah hadits menyatakan keutamaan dari bacaan Sayyidul Istighfar. Beliau bersabda “Barang siapa yang membacanya (Sayyidul Istighfar) pada permulaan siang hari dengan penuh keyakinan dan dia meninggal pada siang itu sebelum masuk waktu sore, maka dia termasuk ahli surga. Barangsiapa yang membacanya pada permulaan malam hari dengan penuh keyakinan dan dia meninggal pada malam itu sebelum masuk waktu subuh, maka dia termasuk ahli surga.” (HR. Bukhari)


4- Istighfar Dapat Menolak Siksaan Sebelum Ditimpakan
Sebuah kaidah yang sudah sama-sama kita kenal bahwa menjaga lebih baik daripada mengobati. Salah satu buah dari istighfar adalah Allah menjadikannya sebagai salah satu sebab diangkatnya siksa dan hukuman sebelum keduanya ditimpakan. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt, Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. (Al-Anfal [8]:32).


5- Istighfar Merupakan Sebab Terangkatnya Derajat Setelah Meninggal Dunia
Sebagaimana istighfar memberikan manfaat di dunia, ia juga merupakan salah satu sebab diangkatnya derajat manusia di surga. Abu Hurairah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat seorang hamba di surga. Hamba itu lantas bertanya, “Wahai Tuhanku, bagaimanakah aku mendapatkan semua ini?” Allah menjawab, “Disebabkan bacaan istighfar yang dilakukan oleh anakmu untukmu.”(HR. Ahmad)
Hadits tersebut merupakan dalil bahwa anak yang shalih—dengan seizin Allah—dapat memberikan manfaat kepada kedua orang tuanya di dunia dan di akhirat. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi, “Ketika seorang anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; shadaqoh jariyah atau ilmu yang bermanfaat baginya atau anak shalih yang mendoakannya.”(HR. Muslim)

6- Istighfar Merupakan Sebab Bersihnya Hati
Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya jika seorang mukmin berbuat dosa, maka dalam hatinya akan terdapat noda hitam. Jika dia bertaubat, mencabut kembali (apa yang telah dilakukan) dan memohon ampunan, maka hatinya agar berkilat. Jika dia menambah dosa, maka akan bertambah hitam hatinya hingga hatinya menjadi tertutup.”
Dengan demikian, istighfar dapat menyebabkan hati bersih dan mengkilat serta suci dari dosa-dosa dan kemaksiatan. Jika hati tidak dibersihkan, niscaya akan menyebabkan tertutupnya pintu hidayah.

7- Istighfar Merupakan Sebab Mendapat Nikmat Berupa Kesehatan dan Kekuatan
Salah satu dampak positif yang ditimbulkan oleh istighfar adalah Allah memberi barokah berupa kesehatan dan kesembuhan seseorang. Selain itu Allah juga menambah kekuatan, semangat dan aktivitas orang itu. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt yang diungkapkan melalui lisan Nabiyullah, Hud as, “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (Hûd [11]:52).

8- Bentuk Ketaatan Terhadap Perintah Allah
Allah memerintahkan dan menganjurkan supaya para hamba-Nya meminta ampunan kepada-Nya. Allah akan menjanjikan ampunan, pahala yang agung dan pemberian yang melimpah sebagai balasan atas istighfar.
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (Ali ‘Imran [3]:133)

Waktu Istighfar

Syaikh 'Abdul Wahhab asy-Sya'roni Rohimahulloh memberi anjuran untuk memperbanyak istighfar, khususnya pada beberapa waktu berikut
:1. pada awal dan akhir malam, serta awal dan akhir siang. Nabi Muhammad SAW bersabda:


ما من حافظين يرفعان إلى الله تعالى في يوم صحيفةً فيرى في أول الصحيفة وفي آخرها استغفارا إلا قال الله تعالى: قد غفرتُ لعبدي ما بين طرفي الصحيفة. فطوبى لمن وجد في صحيفته استغفارا كثيرا - رواه ابن ماجه


"Tidaklah dua malaikat hafazhoh melaporkan buku amal (seorang hamba) kepada Alloh pada suatu hari, kemudian Alloh melihat istighfar pada awal dan akhir buku amal tersebut, melainkan Alloh berfirman "sungguh aku telah mengampuni hamba-Ku atas apa yang terdapat diantara dua ujung buku amalnya", maka beruntunglah orang yang mendapatkan banyak istighfar dalam buku amalnya". (HR Ibnu Majah)2. ketika mengalami kesulitan rizki. Rosululloh SAW bersabda:


من لزم الإستغفار جعل الله له من كل ضيق مخرجا، ومن كل هم فرجا، ورزقه من حيث لا يحتسب - رواه ابن حبان


"Barangsiapa membiasakan beristighfar maka Alloh akan memberinya jalan keluar dari setiap kesulitan, keluasan dari setiap kebingungan, dan Alloh akan memberinya rizki dari tempat yang tidak diduga-duga". (HR Ibnu Hibban)
3. ketika jatuh ke dalam perbuatan dosa. Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda:


ما من مسلم يعمل ذنبا إلا وقف الملك الموكل بإحصاء ذنوبه ثلاث ساعات. فإن استغفر الله تعالى في شيء من تلك الساعات لم يوقعه عليه ولم يعذب عليه يوم القيامة - رواه الحاكم


"Tidaklah seorang muslim melakukan dosa, melainkan malaikat yang bertugas menghitung dosanya menundanya selama tiga saat. Jika ia beristighfar kepada Alloh pada salah satu saat tersebut, maka dosa tersebut tidak akan dibebankan kepadanya dan ia tidak akan mendapat siksa pada hari kiamat." (HR al-Hakim)

4. saat menutup setiap kegiatan. Dalam hadits dijelaskan bahwa Rosululloh SAW selalu beristighfar sebanyak tiga kali setiap selesai melaksanakan sholat fardhu. Melalui amalan ini Baginda Nabi Muhammad SAW memberi peringatan kepada umatnya bahwa dalam ketaatan mereka kepada Alloh SWT masih terdapat kekurangan.

Rosululloh SAW mengajarkan do'a yang sering disebut dengan do'a kaffarotul majlis, yaitu menutup setiap kegiatan dengan membaca سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ، وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:



كَفَّارَةُ الْمَجْلِسِ إِذَا أَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقُومَ مِنْ مَجْلِسِهِ أَنْ يَقُولُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ، وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، فَإِنْ كَانَ مَجْلِسَ ذِكْرٍ كَانَ كَالطَّابِعِ عَلَيْهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَإِنْ كَانَ مَجْلِسَ لَغْوٍ كَانَ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهُ


Kaffarotul majlis adalah jika salah seorang diantara kamu akan berdiri dari majlisnya maka hendaknya mengucapkan سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ، وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ (maha suci Engkau ya Alloh, dengan memuji kepada-Mu, aku bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Engkau, aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu). Jika majlis itu adalah majlis dzikir, maka do'a tersebut laksana cap sampai hari kiamat. Dan jika majlis itu adalah majlis lalai, maka doa itu menjadi kaffaroh (tebusan) atas apa yang terjadi sebelumnya."

. ketika mendapatkan prasangka baik dari orang lain padahal pribadi kita tidak sebaik yang mereka sangkakan. Hal ini mungkin berlawanan dengan sifat manusia pada umumnya, karena biasanya seseorang selalu ingin dianggap baik melebihi kadar kebaikan yang ia miliki. Oleh karena itu, selama pada diri seseorang masih terdapat hal yang tercela baik dalam ucapan, perbuatan maupun bisikan hati, maka selayaknya ia memperbanyak istighfar kepada Alloh SWT supaya tidak termasuk orang yang suka menipu orang lain.

Syaikh 'Abdulloh bin 'Alawi al-Haddad mengajarkan doa yang selalu dibaca oleh sebagian ulama salaf apabila mendapat pujian yang tidak selayaknya kita dapatkan.


اللّهُمَّ لَا تُؤَاخِذْنِيْ بِمَا يَقُوْلُوْن وَاغْفِرْ لِيْ مَا لَا يَعْلَمُوْن وَاجْعَلْنِيْ خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْن


"Ya Alloh, janganlah Engkau menghukum aku dengan apa yang mereka ucapkan, ampunilah aku atas sesuatu yang tidak mereka ketahui, dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka sangkakan."

Lima Keutamaan Istighfar

Muhammad Shalih Al-Khuzaim dalam bukunya Shifat Shalat Qiyamullail, menjelaskan bahwa istighfar merupakan penutup amal saleh, penutup shalat, haji, puasa, dan juga penutup majelis. Istighfar berfungsi untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang diperbuat selama melaksanakan ibadah tersebut. Selain itu, istighfar juga sebagai penyebab utama mendapatkan ampunan Allah SWT.Karena itu, setiap Muslim hendaknya memperbanyak istighfar dalam berbagai kesempatan. Minimal mengucapkan: Astaghfirullah, Rabbighfirli, Allahummaghfirli, dan yang lainnya. Melalui istighfar tersebut seseorang akan memperoleh banyak keutamaan.
Pertama, dihapus kejelekannya dan diangkat derajatnya. “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nisa’ [4]: 110).
Kedua, dilapangkan rezeki, anak, harta, dan penyebab turunnya hujan. “Maka Aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai. Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?” (QS Nuh [71]: 10-13).
Ketiga, ditambah kekuatannya. “Dan (dia berkata): ‘Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa’.” (QS Hud [11]: 52).
Keempat, dilenyapkan dosanya. Setiap dosa meninggalkan noda hitam pada hati. Noda hitam bisa lenyap dengan melakukan istighfar. “Sesungguhnya bila seorang Mukmin melakukan satu dosa, pada hatinya timbul satu noda hitam. Bila dia bertobat, berhenti dari maksiat, dan beristighfar, niscaya mengilap hatinya.” (HR Ahmad).
Kelima, dimudahkan segala urusannya. “Barangsiapa membiasakan diri untuk beristighfar, Allah akan memberikan jalan keluar baginya dari setiap kesulitan, akan memberikan kebahagiaan dari setiap kesusahan, dan akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR Abu Daud dan Ibnu Majah).
Untuk itu, ketahuilah, dalam sebuah atsar disebutkan bahwa, “Sesungguhnya Iblis pernah berkata: ‘Aku membinasakan manusia dengan dosa, dan mereka membinasakanku dengan La Ilaha Illallah dan istighfar’.” Wallahu a’lam. [ Hikmah Republika ]
“Barang siapa memperbanyak Istighfar maka Allah akan membebaskannya dari kedukaan, dan memberinya jalan keluar bagi kesempitannya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak diduga-duga.”
(Riwayat Abu Dawud).


Istighfar artinya memohon ampun kepada Allah SWT. Islam mengajarkan kepada umatnya agar memperbanyak istighfar. Rasulallah SAW sendiri sehari minimal 70 kali mengucapkan Istighfar (Riwayat Bukhari). Rasulallah yang sudah dijamin suci dari dosa (ma’sum) masih melakukan hal itu, apalagi kita, mestinya lebih banyak lagi beristighfar, karena jelas tidak dijamin suci. Bahkan mungkin lebih banyak dosanya ketimbang pahalanya.

Selain menghapus dosa, istighfar juga memberi manfaat lain. Ia bisa membuka pintu rezeki. Alquran mengatakan demikian. “ Maka Aku berkata (kepada mereka), Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan membanyakkan harta dan anak-anakmu fan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai”. (S.Nuh [71]: 10-12).

Berkaitan dengan ayat di atas, dalam Tafsir Al-Maraghi ada cerita menarik. Hasan Al Basri adalah salah satu generasi tabi’in (ulama yang pernah bertemu dengan sahabat). Ia ulama berilmu dan shaleh. Banyak orang dating kepadanya bertanya soal agama dan minta nasehat atas berbagai persoalan. Suatu kali datang kepadanya seorang laki-laki mengadu tentang masa paceklik yang menimpanya. Hasan pun menerima pengaduan itu dengan penuh perhatian. Tapi nasihat yang diberikan tidak panjang-panjang. Ia hanya berucap “Beristighfarlah kepada Allah SWT”.
Sikap Hasan tadi rupanya menjadi perhatian seseorang. Orang itu bingung, ditanya berbagai persolan, eh…jawabannya itu-itu saja. Memangnya semua persoalan itu bisa dipecahkan dengan hanya membaca Istighfar, kira-kira begitu pikiran orang itu. Tak tahan menahan keheranan, ia pun bertanya kepada Hasan, “Beberapa orang laki-laki mendatangimu mengeluhkan berbagai persoalan, tetapi engkau hanya menyuruh mereka semua untuk membaca istighfar!”. Hasan menjawab tenang “Aku sama sekali tidak mengatakan apapun dari diriku sendiri. Sesungguhnya Allah SWT berfirman (seperti itu)”. Ulama yang namany masyhur hingga kini itu lalu mengutip surat Nuh ayat 10-12 seperti dikutip di atas.
Anak, Hujan dan Rezeki.

Kisah ini terdapat dalam Musnad Abu Hanifah. Dari kitab yang ditulis oleh imam Hanafi, salah satu imam mahzab, disebutkan sebuah riwayat dari Jabir bin Abdullah. Suatu ketika, ada seseorang yang dating menemui Nabi SAW. Orang ini belum dikaruniai anak, karena itu ia ingin mendapat keturunan. Rasulallah SAW lalu berkata “Engkau memperbanyak Istighfar dan sedekah maka engkau akan diberi rizki dengan lantaran keduanya.” Laki-laki itu lalu memperbanyak Istighfar dan sedekah. Jabir mengatakan bahwa laki-laki itu akhirnya dikaruniai sembilan anak laki-laki.
Ini kisah lain lagi, dituturkan Syaikh ‘Aidh al-Qarni, penulis buku best seller La Tahzan. Ada seorang yang tak kunjung dikarunia anak. Sementara para dokter sudah angkat tangan tidak mampu mengobatinya dan obat-obatan pun sudah tidak mempan lagi. Orang itu akhirnya bertanya kepada salah seorang ulama yang kemudian menyarankan kepadanya, “Hendaklah engkau memperbanyak Istighfar di kala subuh dan sore hari, sesungguhnya Allah SWT mengatakan perihal orang-orang yang beristighfar, ‘Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu.’ (Nuh[71]:12). Lelaki itu kemudian memperbanyak Istighfar secara terus menerus. Akhirnya dengan izin Allah SWT dan kasih sayang Nya, ia pun mendapatkan keturunan yang shaleh-shaleh.
Umar bin Khaththab, salah satu sahabat Rasuallah SAW yang pernah menjadi Amirul Mukminin memegang erat ayat-ayat tersebut ketika ia meminta supaya Allah SWT menurunkan hujan. Mathraf meriwayatkan dari cerita asy-Sya’bi bahwa suatu ketika Umar keluar dari rumahnya untuk berkumpul bersama orang-orang meminta hujan turun. Namun, Umar hanya membaca Istighfar dan tidak lebih dari itu, sampai akhirnya ia pulang. Ada orang berkata kepadanya, “Aku tidak mendengar engkau memohon supaya turun hujan.” Umar berkata, “Aku memohon supaya didatangkan bintang majadin di langit yang biasanya turun membawa hujan. Setekah itu ia membaca ayat (dalam surat Nuh ayat 10-12), Maka aku katakan kepada mereka, ‘Mohonlah ampun kepada tuhanmu, sesungguhnya Dia maha pengampun niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat.”
Allah SWT berfirman dalam kitab Nya yang mulia, “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhamnu dan bertaubat kepadaNya, (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan…”(Hud[11]:3).
Ayat tersebut menyatakan janji Allah SWT yang akan memberikan kenikmatan bagi orang yang memohon ampunan dan bertaubat. Adapun yang dimaksud “Dia akan memeberi kenikmatan yang baik”,menurut Ibnu Abbas adalah memeberi anugerah berupa rezeki dan kelapangan.
Al Qurtubi mengatakan, itulah buah dari Istighfar dan taubat, yaitu Allah SWT memberi kenikmatan dan berupa manfaat berupa luasnya rezeki dan kesenangan.

Lafaz Istighfar
Ada beberapa lafaz istighfar yang terdapat dalam hadis-hadis sahih dan disabdakan secara langsung oleh Nabi. Seorang Muslim hendaknya membaca lafaz-lafaz itu sebanyak-banyaknya dengan niat mengikuti Sunnah Nabi. Lafaz-lafaz itu antara lain,

Rabbigh-firli wa tub'alayya innaka anta-tawwaburrahim

Ya Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau zat Yang Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang. (HR Bukhari)

Astaghfirullahal-ladzi la ilaha illa huwal-hayyul qayyumu wa atubu ilahi

Aku memohon ampunan kepada Allah, Zat yang tiada tuhan selain Dia, Yang Mahahidup lagi Maha Menegakkan dan aku bertaubat kepada-Nya. (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim)

Astaghfirullaha wa atubu ilahi

Aku memohon ampunan kepada Allah, dan bertaubat kepada-Nya. (Mutafaq 'alaih)

Ada pula Sayyidul Istighfar (Pemimpin Istighfar), yaitu,

Allahumma anta rabbi la ilaha illa anta, khalaqtani wa ana'abduka wa ana'ala 'ahdika wa wa'dika ma-statha'tu, a'udzu bika min syarri ma shana'tu, abu'u laka bini'matika 'alayya wa abu'u bidzanbi faghfirli fa innahu la yaghfirudz dzunuba illa anta

Ya Allah, Engkau-lah Tuhanku, tiada tuhan selain engkau yang telah menciptakan aku. Aku adalah hamba-Mu dan aku berada di atas sumpahku dan janjiku pada-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan yang aku lakukan. Aku mengakui atas nikmat yang Engkau berikan kepadaku dan aku mengakui dosa (yang aku perbuat). Maka, maafkanlah aku. Sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau. (HR Muslim)

Sumber: http://syafiiakrom.wordpress.com/2009/05/22/keutamaan-istighfar/
              http://dikikzr.abatasa.com/post/detail/12257/istighfar-pesan-para-nabi-

0 comments:

Post a Comment